Jumat, 05 April 2013

Mahabhakti untuk Bersama

Bismillahirrahmanirrahim....
 
Latihan-latihan rutin Pramuka kini telas mencapai titik puncaknya untuk para siswa/siswi kelas X MAN 1 Yogyakarta angkatan 2012/2013. Hari terus berganti sampai datangnya Mahabhakti, kegiatan yang penuh dengan kondisi yang memprihatinkan. Air mentah, nasi setengah matang, mie mentah, itulah yang selalu memberikan kami para peserta Mahabhakti dapat bertahan hidup melawan kelaparan dan kehausan. Kegiatan-kegiatan outdoor cukup membuat kami kegerahan akibat teriknya matahari dan cukup membuat kulit kami menjadi lebih hitam. Tetapi setelah mengikuti Mahabhakti tidak ada penyesalan yang kurasakan, semuanya berbuah manis dan dapat ku jadikan sebagai penglaman yang sangat berharga untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan masa depan.


 Jika kita pahami, lewat kegiatan Mahabhakti ini berbagai karakter yang sebenarnya dari para peserta akan terlihat, berbagai karakter yang selama ini kuketahui hanya waktu berada di sekolah saja, begitu berbeda dengan yang kualami selama Mahabhakti, kondisi prihatin saat mengikuti Mahabhakti itu akan menumbuhkan sikap saling toleransi dan tanggap. Satu contoh dari sanggaku, pada saat sangga ku pada merasa kelaparan kami sepakat untuk menanak nasi dan merebus air, namun pada saat itu juga ada pengumuman dari panitia Mahabhakti bahwa, diberitahukan untuk setiap sangga agar mengirimkan 2 perwakilan orang untuk melakukan upacara apel. Kebetulan ada 2 orang anggotaku yang belum pernah mengikuti apel karena memang sejak awal, di setiap apel kami sudah memberikan jatah kepada seluruh anggota sangga ku untuk melakukan apel. Nah, 2 orang itu aku suruh untuk mengikuti apel, namun karena memang sifat ke-egoisannya mereka tidak mau dengan alasan, yang satu ingin merebus air dan yang satunya lagi entah apa, aku lupa, hehe.. 

Waktu itu, ya mau bagaimana lagi, terpaksa aku yang mengikuti apel dengan salah satu rekanku yang lainnya. Pada saat akan berangkat apel, aku bertanya kepada temanku yang mempunyai alasan untuk merebus air karena melihatnya malah duduk terdiam didekat kompor yang digunakan untuk memasak. 
" kok ra sido nggodok wedang?" tanyaku dengan bahasa jawa,
ia menjawab " gas e sek dinggo masak entek ".
aku menyahut lagi " mung gas entek kwe dadi rasido nggodok wedang?? " dengan nada agak emosi.
sebelum ia menjawab aku ngomong lagi " kwe ngerti ra nangkene ki akeh kayu bro.. ra tok nggo po? "
dia menjawab dengan santainya " haha, males e golek kayu ".

setelah itu tidak kulanjutkan lagi percakapanku dengannya dan aku segera bergegas berangkat untuk melakukan apel bersama rekanku.

Sebenarnya banyak sekali yang ingin ku ungkapkan dalam postingan kali ini, namun karena hampir semuanya pribadi maka lebih baik tidak kulanjutkan, hehehe... maaf juga bagi yang nantinya membaca postingan ini dan merasa bahwa dirinya yang saya jadikan contoh dalam cerita diatas. 

satu pesan dari penulis  : "banyak-banyaklah membantu orang tua, agar bisa bertahan hidup.. " hehehe...



.

0 komentar:

Posting Komentar